Banyaknya kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki, nyatanya berpengaruh pada ragam kain Indonesia yang tersimpan dan berlimpah ini.
Mulai dari batik dengan ragam corak daerah. Kain songket dari tangan-tangan pengrajin negeri, hingga tenun memikat hati yang sudah dikenal malang-melintang sampai mancanegara.
Namun ada salah satu kain tradisional yang popularitasnya baru ‘naik’ akhir-akhir ini, yaitu batik tie dye. Mungkin masih menjadi jenis kain yang asing didengar bagi sebagian Anda, namun kain ini juga memiliki prinsip pembuatan yang sama dengan motif jumputan yang sudah terkenal di mancanegara.
Yang akan kita bahas disini adalah batik cap tie dye. Sebelum itu, yuk kita bahas apa sih batik tie dye itu?
Mengenal Batik Tie Dye
Tie-dye adalah istilah modern yang ditemukan pada pertengahan 1960-an di Amerika Serikat. Tetapi direkam secara tertulis dalam bentuk sebelumnya pada tahun 1941 sebagai “diikat-dan-dicelup”. Dan 1909 sebagai “diikat dan dicelup” oleh Luis C. Changsut. Untuk serangkaian teknik pencelupan tahan kuno, dan untuk produk dari proses ini.
Proses tie-dye biasanya terdiri dari melipat, memuntir, melipat, atau meremas kain atau pakaian dan mengikat dengan tali atau karet gelang, diikuti oleh aplikasi pewarna. Manipulasi kain sebelum penerapan pewarna disebut tahan. Karena mereka sebagian atau seluruhnya mencegah pewarna yang diterapkan dari pewarnaan kain.
Tie-dye yang lebih canggih melibatkan langkah-langkah tambahan, termasuk aplikasi awal pewarna sebelum perlawanan, beberapa pewarna berurutan dan langkah-langkah menolak, dan penggunaan jenis lain dari penahan (jahitan, stensil) dan debit.
Batik Tie Dye Dengan Teknik Cap
Sebenarnya teknik tie dye selama ini sudah cukup populer dan menjadi salah satu teknik pewarnaan kain tradisional di berbagai negara. Di Peru berkembang pre-Columbian tie-dye dengan corak bulat dan garis dengan warna-warna terang seperti merah, kuning, hijau. Di Jepang teknik ini dikenal dengan nama ‘Shibori,’ dan juga telah lama dikenal di Afrika Barat.
Perkembangan teknik tie dye di luar negeri dan dengan dibantu oleh perkembangan teknologi informasi membuat teknik ini semakin populer, di Indonesia misalnya. Awalnya, Indonesia tidak mengenal teknik membatik ini. Perkembangan tie dye di industri fashion dunia memberikan pengaruh pada industri fashion di Tanah Air.
Untuk membuat teknik tie dye, dapat dilakukan dengan 3 tahapan yaitu melipat, mengikat, dan mencelup. Melipat adalah proses untuk membentuk pola pada kain. Lipatan tersebut dapat diaplikasikan seperti teknik melipat origami. Tingkat kekencangan ikatan pada proses mengikat akan memengaruhi resapan warna pada kain. Pencelupan pada warna dapat dilakukan dengan satu atau dua warna.
Pesan Kain Batik Cap Tie Dye di Batiklidir
Kain batik ini memiliki keunikan dengan aksen smoke untuk dasaran dan motif yang tidak bisa mirip 100% karena menggunakan cap tidak menggunakan mesin. Kesan-kesan ‘berantakan’ pada motif yang diciptakan oleh malam akan menambah daya tarik.
Harga kain batik cap tie dye ini kami bandrol harga mulai dari Rp 35.000,- per meternya dengan minimal pembelian 100 potong. Anda dapat memesan kain batik murah di Batikdlidir.
Untuk harga terbilang terjangkau dibandingkan tehnik tulis. Tehnik cap tie dye diperuntukkan kebanyakan keperluan ekspor. Perpaduan gradasi dengan warna modern sangat diminati masyarakat Amerika dan Eropa. Walaupun ada, sebagian kecil masyarakat Indonesia yang memakai batik cap tie dye ini. Padahal produsen asli tehnik ini adalah warga Nusantara.
Sangatlah mudah memesan kain batik ataupun seragam di Batikdlidir. Cukup dengan whatsapp ke 0822 6565 2222 Pak Mudzakir. Dengan segera kami melayani pemesanan Anda.
In english : batik fabric quilts